SAUDARAKU CALON WAKIL RAKYAT DAN PARA FIGUR PEMILUKADA.
Assalamualaikum warahmatallah wabarakatuh...
Salam Sejahtera Kepada Kalian Saudara-Saudaraku.
izinkan saya bermufakat dengan angan dan jemari akan pesta demokrasi yang taklama lagi akan sama-sama kita sambut ini.
OKE…Langsung saja,
Jujur saja wahai para calon kepala daerah-pun wakil rakyat, kami mengagumi kegagahan dan keberanian, juga Niat Baik kalian untuk mewakili rakyat seperti kami yang terlalu sibuk memberi makan anak – anak kami hingga tak sempat memberi kalian aplaus, barang satu dua tepukan tangan. Kami hanya bisa menatap haru wajah kalian yang terpampang dengan gagahnya di spanduk-spanduk yang menempel di emperan jalanan sudut kota kehidupan kami. Selebihnya kami harus bertarung lagi dengan hari – hari yang mendesak kami.
Kami Bangga, jujur saja, kami tak mempunyai keimanan seteguh kalian. Hati kami lumer jikalau harus berhadapan dengan uang dan kekuasaan,
Kami rakyat Kecil yang hanya bisa mengkapitalisasikan kehidupan kecil kami.
Kalian tentu tak silau dengan Harta. Wajah – wajah jernih kalian, dengan Sorban, kerudung, kumis dan lipstik, tentu menandakan keputihan hati kalian, niat tulus kalian dan wibawa kalian untuk hanya menyuarakan suara parau kami ini.
Saudaraku, Bisakah kalian memperpendek nama kalian? Kami yang bebal, kolot dan tak mancicipi sekolah ini, Sungguh susah untuk melafal dan menghafalkan nama Mulia kalian.
Nama Kalian Panjang-Panjang sama seperti tali jemuran kami. Ada Hj, SE, SH, SPD, BSC, MA, D2,SAg, S, Fil. I, LC, BCL, OMG(Hello) dan Huruf-huruf seperti itu.
Kami Tahu itu adalah gelar kalian. Dari Sekolah tinggi yang kaliang tapaki, Kalian memang orang-orang besar yang bahkan nama kalian pun harus dikawal oleh huruf-huruf. Sekolah kalian pasti sangat tinggi, hampir menyaingi tugu monas, hingga jika kami mencoba menengadah maka leher kepala kami akan patah.
Maafkan kelancangan kami, Saudaraku. Tapi menurut kami, Tak perlu bersekolah tinggi-tinggi untuk hanya mewakili kami, Tak perlu memamerkan titel atau-pun kemeja mahalan kalian untuk di akui,
Bukan. Bukan itu persyaratannya untuk mewakili kami. Cukup kalian, bisa merasakan penderitaan kami, yang kadang-kadang harus menanak nasi basi di tungku kayu, kadang-kadang harus mengeraskan suara sendok penggorengan kuat-kuat untuk tak menarik cemoohan dari tetangga usil yang mengira tak ada yang bisa kami masak,
harus bolak – balik ke pegadaia untuk menggadai STNK motor untuk menjamu saudara atau tetangga yang mampir.
Pernahkah kalian saudaraku, Merasakan kerasnya kenyataan hidup ini menghantam kami? Pernahkah kalian menyantap nasi dengan kuah air mata ?
Pernahkah? Jika Tak pernah, Wahai, terangkan, bagaimana kami harus percaya terhadap janji-janji dan simpati kalian? Bagaimana kami harus menjelaskan tentang kami sedang kalian berada tinggi di atas Hotel-hotel, balkon-balkon mewah menikmati segelas Jus jeruk anget di pagi hari, dan memandang kepala-kepala kami yang menyemut di bawah kaki kalian?
Turunlah kesini saudaraku, Berbicaralah dengan kami. Bicaralah dengan Logika yang biasa-biasa saja. Tak perlu muluk – muluk. Tak Usah Janji. Jikapun kalian berkata
” Kami memberi bukti bukan janji ! “
Wahai, saudaraku yang pintar, Bukankah itu juga merupakan sebuah janji ?
Maka, Merendahlah Saudaraku, Jangan pernah sesumbar untuk bisa memenangkan hati kami. Jangan Pernah menyinggung-nyinggung tentang hati kami dalam kampanye-kampanye meriahmu. Tahu apa kalian tentang hati kami?
Demikian, Saudaraku, Mungkin kalian membaca tulisan kami ini dengan hati murung. Tak usah khawatir, saudaraku, pada harinya nanti kami akan memilih. kami akan berduyun-duyun, membolos kerja yang berarti melewatkan satu hari perburuhan kami. Tapi untuk kalian,kami sungguh Ikhlas, Sungguh!!!
Mungkin ada sebagian kami yang tak memilih, Maka sekali lagi, jangan salahkan mereka yang tak memilih, Mungkin mereka tak percaya dengan kalian dan itu adalah haknya untuk tak percaya. Mohon Dimaklumi.
Terima Kasih.
Saudaraku, saudara kami, saudara Indonesia.
OLEH
MARSSYSAM.